Berpikir dan Belajar
Seorang anak
mendapat sepedah dari ayahnnya. Anak tersebut mencoba sepedahnnya dan
mengadakan reaksi-reaksi atas rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh
sepedah itu. Lama kelamaan reaksi-reaksinnya makin teratur dan pada suatu saat
dia dapan menguasai sepedah itu. Anak itu, yang tadinnya belum bisa naik
sepedah, sekarang bisa naik sepeda. Ini adalah contoh proses belajar. Jadi,
belajar adalah suatu proses di mana suatu prilaku ditimbulkan, diubah atau
diperbaiki melalui rentetan reaksi atau situasi (atau rangsangan) yang terjadi.
Proses belajar tidak hannya meliputi priaku motorik (naik sepeda, berenang,
mengemudi mobil, menari), tetapi juga berpikir (pelajaran sekolah tertentu
seperti matematika dan sejarah) dan emosi (belajar sopan santun, belajar bergaul
dan lain-lain). Belajar bahasa inggris dan belajar komputer merupakan kombinasi
antara belajar berpikir dan belajar motorik.
Sesuai dengan
hukum Gestalt bahwa manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar
yang terutama melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari
materi secara keseluruhan, baru ke detail atau bagian-bagiannya (menghapal
kalimat-kalimat, rumus-rumus atau dalil-dalil). Tetapi dalam belajar yang
melibatkan aktivitas motorik (naik sepeda, berenang, mengemudi mobil, menari),
justru harus dimulai dengan detail dulu, selanjutnnya digabungkan menjadi
ketermpilan yang menyeluruh.
Dalam proses
belajar yang melibatkan berpikir, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi
proses belajar itu:
1. Waktu istirahat:
Kalau sedang mempelajari sesuatu meliputi bahan yang banyak atau prose yang
panjang, dan dilakukan sabagian-sebagian, perlu disediakan waktu tertentu untuk
jeda atau beristirahat. Pda waktu istirahat sebaiknya tidk banyak kegiatan yang
terkait atau masih berhubungan dengan hal yang dipelajari itu sehingga bahan
yang dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan. Jadi,
kalau sedang belajar matematika,jangan berpikir tentang matematika ketika
istirahat. Istirahat menghindari kejenuhan otak sehingga proses belajar itu
lebih efektif
2. Pengetahuan tentang
materi yang dipelajari secar menyeluruh:
Dalam mempelajari sesuatu lebih baik kalau kita mempelajari dulu materi atau
bahan yang ada secara keseluruhan, baru setelah itu mempelajari secara seksama
bagian bagiannya.
3. Pemahamam terhadap
materi yang dipelajari: kalau kita mempelajari sesuatu, tanpa
pemahaman, maka usaha belajar akan menemui banyak kesuliatan.
4. Pengethuan akan
prestasi sendiri: pengetahuan akan
prestasi akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.
5. Transfer: pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah
kita pelajari sebelumnya, bisa memengaruhi proses belajar. Transfer dapat
bersifat positif, kalau hasil belajar masalalu mempermudah proses belajar
sekarang, tetapi dia juga dapat bersifat negatif, kalau hasil belajar yang lalu
justru menyulitkan proses belajar sekarang.
Selanjutnya, proses berpikir itu
sendiri dapat kita golongkan kedalam dua jenis, yaitu:
1. Berpikir
Asosiatif: proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnnya
ide-ide lain. Ide-ide itu tmbul atau terkait ide sebelumnya secara spontan.
Jenis-jenis
berpikir asosiatif adalah:
a.
Asosiasi bebas:
suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada
batasnnya.
b.
Asosiasi terkontrol: suatu ide aka menimbulkan hal lain dalam
batasan tertentu saja. Misalnya, “membeli mobil” akan menimbulkan ide tentang
pajaknnya, mereknnya, pemeliharaannya dll.
c.
Melamun: Menghayal bebas, sebebas-bebasnnya
tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realitis.
d.
Mimpi:
Ide-ide tentang berbagi hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
e.
Berpikir Artistik: merupakan proses berpikir
yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan
pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
2. Berfikir
Terarah. Proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnnya dan
diarahkan pada sesuatu, biasannya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan.
0 Response to "Berpikir dan Belajar"
Posting Komentar