Sembuhkan Kanker dengan Senyum dan Berpikir Positif






Senyum dan selalu berpikir positif ternyata bisa jadi obat mujarab untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

Setidaknya itu yang dialami Lakshmi, perempuan India yang divonis mengidap penyakit kanker payudara. Kepada Timesofindia, yang dilansir Senin (26/11/2012), dia mengaku sembuh dari penyit yang dideritanya dengan selalu berpikir positif dan tersenyum menjalani hari.

Lakshmi percaya, apabila selalu berfikir positif dan menjalankan hari-harinya dengan senyuman, penyakit yang dianggap mematikan ini akan pergi dengan sendirinya.

Lakshmi percaya, apabila selalu berfikir positif dan menjalankan hari-harinya dengan senyuman, penyakit yang dianggap mematikan ini akan pergi dengan sendirinya.

Dia menceritakan, tak ingin keluarganya bersedih setelah dokter memvonisnya menderita kanker payudara, Lakhsmi memutuskan untuk dirawat di Kasturba Medical College (KMC), rumah sakit sederhana yang ada di India.

Setelah melakukan konsultasi, Lakshmi dengan senang hati tawaran yang diberikan sang dokter untuk segera menjalankan operasi.

Pada saat Lakshmi menjalankan operasi semua keluarga menunggu di luar dalam keadaan cemas. Setelah berlangsung beberapa jam, operasi yang dijalankan Lakshmi pun selesai. Sewaktu dipindahkan dari ruang operasi ke ruang perawatan, banyak yang terkejut melihat Lakshmi tersenyum.

Bahkan pada saat menjalani kemoterapi dan harus merelakan rambut indah panjangnya dipotong, Lakhsmi tetap tersenyum dan tak pernah menampakkan kesedihan. Dia selalu membalas dengan senyuman setiap kali ada yang melontarkan kalimat "Kasihan sekali wanita itu, rambutnya tak ada..".

Setelah sekian lama menjalankan kemoterapi, akhirnya rambut yang ada di kepala Lakshmi tumbuh sedikit demi sedikit. Sampai pada akhirnya, Laksmi kembali memiliki rambut indah dan dia pun dinyatakan sembuh dari kanker payudara.

"Senyuman dan berpikir positif  serta selalu berusaha untuk sembuh, akan membuat segalanya jadi mudah," tukas wanita yang sudah berusis setengah abad lebih ini. (ans/aef)
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Terapi Berpikir Positif




Biarkan Mukjizat dalam Diri Anda Melesat Agar Hidup Lebih Sukses dan Lebih Bahagia
Bismillah.
Buku setebal 347 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Zaman (cetakan III/2009) adalah terjemahan buku berjudul Quwwat Al-Tafkir dengan penterjemah Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Damas.
 Isi buku terdiri dari 5 bagian besar yaitu: 1. Kekuatan Berpikir,  2. Berpikir Negatif,  3. Berpikir Positif, 4. Strategi Berpikir Positif, dan 5. Sepuluh Wasiat Berpikir Positif.
 1. Kekuatan Pikiran
Bagian ini dibuka dengan kutipan surat Al-Dzariyat:21 yang berbunyi: “Dan (juga) pada diri kalian. Apakah kalian tidak memperhatikan”. Secara keseluruhan bagian ini menjabarkan berbagai hal yang terkait dengan kekuatan pikiran seperti pikiran memiliki proses yang kuat, pikiran melahirkan mindset dan kebiasaan, pikiran mempengaruhi fisik, perasaan, sikap, hasil, citra diri, harga diri, kondisi jiwa dan kesehatan serta intelektual, serta pikiran tidak mengenai jarak dan waktu bahkan pikiran melampaui batas waktu, hubungan pikiran dan rasa percaya diri, pikiran menambah atau mengurangi energi, hubungan pikiran dan mata rantai persepsi dan akhirnya pengaruh pikiran terhadap sistem kerja akal bawah sadar. Singkatnya, kita akan dikejutkan oleh Dr. Ibrahim mengenai sedemikian dahsyatnya ternyata pikiran yang kita miliki.
Bagian ini ditutup dengan kutipan firman Alloh SWT dalam Al-Zumar:9 yang berbunyi “Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” serta sebuah sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya ilmu itu hanya bisa didapat dengan belajar”.

2. Berpikir Negatif
Bagian berikutnya membahas mengenai berpikir negatif dari berbagai sisinya antara lain faktor-faktor yang mendorong seseorang berpikir negatif, dampak dari berpikir negatif, serta bahaya dari berpikir negatif  yang serupa dengan mengkonsumsi candu. Juga dijabarkan contoh-contoh kepribadian negatif yaitu ragu, emosional, dengki, benci, dan lain-lain yang bersumber dari pikiran negatif.
Adapun faktor-faktor penyebab berpikir negatif adalah jauh dari Alloh SWT, program terdahulu, tidak ada tujuan yang jelas, rutinitas yang negatif, pengaruh internal, pengaruh eksternal, kehidupan masa lalu, dan lain-lain. Bagian ini diakhiri dengan sejumlah pertanyaan yang akan membuat kita merenungkan apakah selama ini hidup kita selalu dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif atau tidak.

3. Berpikir Positif
Macam-macam berpikir positif, ciri-ciri kerpibadian positif, tiga kekuatan, tujuh prinsip berpikir positif akan dijabarkan pada bagian ketiga ini.
Macam-macam berpikir positif  antara lain berpikir positif untuk menguatkan cara pandang,berpikir positif karena pengaruh orang lain, berpikir positif karenan momen tertentu, dst.
Ciri-ciri kepribadian positif yaitu beriman, memohon bantuan, dan tawakal kepada Alloh SWT, nilai-nilai luhur, cara pandang yang jelas, dst.
Buat saya pribadi, bagian ini yang paling menarik  yaitu Piramida Kekuatan yang menggambarkan segitiga kekuatan yang terdiri dari keputusan, pilihan, dan tanggung jawab. Tiga kekuatan ini tidak bisa dipisahkan, jika dipisahkan maka akan terjadi ketidakseimbangan dan akan menimbulkan rasa frustrasi serta menjadi mangsa “tiga pembunuh” yaitu mencela, mengkritik, dan membanding-bandingkan.
Bagian ini bagi saya adalah bagian terpenting dan menjadi roh dari buku ini. Kita dapat mengubah diri kita menjadi senantiasa berpikir positif dengan membaca berulang kali bagian ini.

4. Strategi Berpikir Positif
Bagian ini menjabarkan strategi berpikir positif antara lain strategi mengubah masa lalu, strategi teladan (modelling), strategi orang lain, strategi mengubah konsentrasi, strategi redefinisi, strategi pembagian, dst.

5. Sepuluh Wasiat Berpikir Positif
Pada bagian akhir ini Dr. Ibrahim mewasiatkan 10 hal yang terkait berpikir positif yaitu keinginan yang menggebu, keputusan yang kuat, bertanggungjawab penuh, persepsi yang sadar, menentukan tujuan, dukungan dari dalam, waktu yang positif, pengembangan diri, diam dan renungan harian, dan perhatian individual dan kegiatan harian.

Akhirnya, secara umum menurut saya, buku ini sangat bermanfaat dalam menghadapi masalah-masalah pelik yang senantiasa timbul dalam kehidupan ini. Seringkali masalah yang menghampiri kita tidaklah sebesar atau segawat yang kita hadapi namun karena pikiran negatif kita seringkali mendominasi menjadikan masalah-masalah yang timbul seakan-akan sangat gawat. Dr. Ibrahim telah mengulas dengan jelas, jernih, mudah serta praktis berbagai tips, trik, strategi tentang berpikir positif. Saya sadar bahwa ulasan ini mungkin jauh dari sempurna karena buku  ini sangat sarat makna dan hampir seluruhnya penting sehingga agak susah untuk menyarikannya. Saya sangat merekomendasikan buku ini yang bisa saja dapat menjadi trigger yang dapat mengubah kehidupan Anda menjadi lebih baik.
Terima kasih kepada Dr. Ibrahim Elfiky atas jerih payahnya menulis buku ini. Semoga dicatat sebagai amal sholih disisi Alloh SWT.  Demikian juga halnya dengan ulasan ini. Amin.

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Berpikir dan Belajar


Seorang anak mendapat sepedah dari ayahnnya. Anak tersebut mencoba sepedahnnya dan mengadakan reaksi-reaksi atas rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh sepedah itu. Lama kelamaan reaksi-reaksinnya makin teratur dan pada suatu saat dia dapan menguasai sepedah itu. Anak itu, yang tadinnya belum bisa naik sepedah, sekarang bisa naik sepeda. Ini adalah contoh proses belajar. Jadi, belajar adalah suatu proses di mana suatu prilaku ditimbulkan, diubah atau diperbaiki melalui rentetan reaksi atau situasi (atau rangsangan) yang terjadi. Proses belajar tidak hannya meliputi priaku motorik (naik sepeda, berenang, mengemudi mobil, menari), tetapi juga berpikir (pelajaran sekolah tertentu seperti matematika dan sejarah) dan emosi (belajar sopan santun, belajar bergaul dan lain-lain). Belajar bahasa inggris dan belajar komputer merupakan kombinasi antara belajar berpikir dan belajar motorik.
Sesuai dengan hukum Gestalt bahwa manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar yang terutama melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara keseluruhan, baru ke detail atau bagian-bagiannya (menghapal kalimat-kalimat, rumus-rumus atau dalil-dalil). Tetapi dalam belajar yang melibatkan aktivitas motorik (naik sepeda, berenang, mengemudi mobil, menari), justru harus dimulai dengan detail dulu, selanjutnnya digabungkan menjadi ketermpilan yang menyeluruh.
Dalam proses belajar yang melibatkan berpikir, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses belajar itu:
1.       Waktu istirahat: Kalau sedang mempelajari sesuatu meliputi bahan yang banyak atau prose yang panjang, dan dilakukan sabagian-sebagian, perlu disediakan waktu tertentu untuk jeda atau beristirahat. Pda waktu istirahat sebaiknya tidk banyak kegiatan yang terkait atau masih berhubungan dengan hal yang dipelajari itu sehingga bahan yang dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan. Jadi, kalau sedang belajar matematika,jangan berpikir tentang matematika ketika istirahat. Istirahat menghindari kejenuhan otak sehingga proses belajar itu lebih efektif
2.       Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secar menyeluruh: Dalam mempelajari sesuatu lebih baik kalau kita mempelajari dulu materi atau bahan yang ada secara keseluruhan, baru setelah itu mempelajari secara seksama bagian bagiannya.
3.       Pemahamam terhadap materi yang dipelajari: kalau kita mempelajari sesuatu, tanpa pemahaman, maka usaha belajar akan menemui banyak kesuliatan.
4.       Pengethuan akan prestasi sendiri: pengetahuan akan prestasi akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.
5.       Transfer:  pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, bisa memengaruhi proses belajar. Transfer dapat bersifat positif, kalau hasil belajar masalalu mempermudah proses belajar sekarang, tetapi dia juga dapat bersifat negatif, kalau hasil belajar yang lalu justru menyulitkan proses belajar sekarang.
Selanjutnya, proses berpikir itu sendiri dapat kita golongkan kedalam dua jenis, yaitu:

1.       Berpikir Asosiatif: proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnnya ide-ide lain. Ide-ide itu tmbul atau terkait ide sebelumnya secara spontan.
Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a.       Asosiasi bebas: suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnnya.
b.      Asosiasi terkontrol:  suatu ide aka menimbulkan hal lain dalam batasan tertentu saja. Misalnya, “membeli mobil” akan menimbulkan ide tentang pajaknnya, mereknnya, pemeliharaannya dll.
c.       Melamun: Menghayal bebas, sebebas-bebasnnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realitis.
d.      Mimpi: Ide-ide tentang berbagi hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
e.      Berpikir Artistik: merupakan proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
2.       Berfikir Terarah. Proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnnya dan diarahkan pada sesuatu, biasannya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan.
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Journal Positive Thinking

Positive Thinking in Coping with Stress and Health outcomes:
Literature Review
Zarghuna Naseem & Ruhi Khalid
Abstract: This article reviews literature on positive thinking and its effect on the appraisal of stress, coping and health outcomes. Positive psychology is a new dimension that focuses on positive thinking, positive emotions and positive behavioral qualities that enhance human potential in various domains such as work, coping with stress and health. By thinking positively, we perceive the stress as less threatening, are able to cope with it effectively. Fredrickson’s broaden and build theory of positive emotions was the theoretical framework for this article. Papers studying positive thinking, positive emotions, optimism, hope and wellbeing were included in the review. The implications for counselors, educationists and the community at large have also been discussed.
download this journal (klik here!!)

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pengembangan diri dan berfikir apresiatif


Pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda. Berbicaralah tentang kebahagiaan, bukan ketidakpuasan. Berbicaralah tentang harapan, bukan keputusasaan. Biarkan kata-kata Anda membalut luka, bukan menyebabkannya (William Martin, penafsir modern kitab Tao Te Ching).   

Penulis mengutip kalimat dimuka dari buku Appreciative Inquiry yang ditulis oleh duet Diana Whitney & Amanda Trosten[1]. Satu hal, apakah kita merasa tulisan dimuka menyindiri diri kita? Mungkin ya mungkin tidak. Namun hal yang perlu ditekankan adalah bahwa dunia disekitar kita (akhir-akhir ini) terlalu terfokus pada nuansa negatif/keputuasaan/ketidakpuasan (wacana defisit). Terlalu banyak perbincangan yang mengarah ke area negatif. Para komentator politik misalnya, terlalu sering membicarakan sisi negatif dari partai/pemimpin yang menjadi objek bahasan. Mahasiswa, terlalu kerap membahas masalah sulitnya mata pelajaran, betapa tidak menyenangkannya cara dosen X mengajar, betapa kurangnya fasilitas kampus, betapa banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan lain-lain. Keluarga-kelurga di meja makan, terlalu sering membahas masalah kesulitan ekonomi, anak yang tidak mau belajar, harga sayur yang membumbung, dan lain sebagainya. Karyawan kantor hampir selalu membaha rendahnya upah mereka, betapa tidak adilnya bos mereka, betapa beruntungnya kerja di perusahaan lain dan lain-lain. Sehingga se-positif apapun kita, jika setiap hari dibombardir seperti itu, akan sulit sekali melepaskan diri dari nuansa negatif dan wacana defisit itu.
Merujuk pada tulisan dimuka, maka kita akan dapat menemukan satu kalimat yang menarik, yaitu; pembicaraan Anda membantu menciptakan dunia Anda. Haruskah kita percaya dengan pernyataan tersebut? Tentu saja terserah masing-masing. Namun mari kita lihat sejarah. Ada banyak orator ulung dunia yang mengubah dunia dengan kata-katanya. Bung Karno adalah salah satu tokoh yang mampu menginspirasi rakyat Indonesa akan hak-hak atas kemerdekaan. Tentu masih banyak tokoh lain, Mahatma Gandi, Martin Luther King, John F. Kennedy dan seterusnya. Apa yang mereka lakukan? Mereka mengubah dunianya sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan pemilihan kata-kata yang paling aspiratif. Bisakah mereka berbuat sebaliknya? Mungkin saja bisa, karena justru hal tersebut lebih mudah. Namun, dengan keyakinannya atas visi yang lebih besar, mereka memilih untuk menginspirasi dirinya sendiri dan orang banyak. Dengan sengaja, mereka memilih kata-kata yang membangkitkan semangat, mendorong daya juang, meledakkan potensi dan meletakkan pikiran apresiatif di tempat yang benar.
Sekarang, mari kita tanya pada diri sendiri. Benarkan kata-kata dapat mengubah diri kita? Mungkin pertanyaan ini tidak usah dijawab. Namun pernahkan emosi atau antusiasme kita berubah setelah kita membaca kata-kata yang bagus dari sebuah buku? Pastinya pernah. Artinya, kata-kata memang mengandung mejik.  Biasanya kita tergugah ketika kisah/bacaan tersebut mendorong kita untuk berpikir lebih positif. Berbagai penelitian psikologi menyimpulkan bahwa manusia yang selalu berpikir positif, hidupnya akan jauh lebih sehat dan bahagia. Apa makna berpikir positif? Yaitu membuang/mengganti pikiran/perasaaan negatif menjadi pikiran/perasaan yang positif. Sederhana, namun tidak selalu mudah untuk dilakukan. Namun, perkembangan kajian psikologis, saat ini telah melampui batas-batas itu. Kita, tidak lagi sekedar diajak untuk berpikir positif, namun lebih jauh lagi, yaitu berpikir apresiatif. Artinya, kita harus apresiatif terhadap berbagai kisah/aspek kehidupan manusia. Apresiatif berarti menghargai, memberi nilai tambah, mengambil pelajaran. Praktik apresiatif akan membuat kita menjadi mahluk yang menghargai segala sesuatunya, termasuk menghargai hal-hal kecil di sekeliling kita. Dan, dengan berpikir apresiatif, kita tidak hanya akan mengubah yang negatif menjadi positif, namun kita akan belajar menghargai apa yang sudah kita miliki/kita capai. Kita akan terdorong untuk melihat, apa yang sebenarnya saya miliki, atau ada ada dibalik segala pencapaian kita (walaupun belum maksimal) dan bukan sebaliknya, berusaha mengorek luka lama yang menyebabkan kegagalan kita. Berpikir apresiatif adalah meningkatkan yang sudah ada alih-alih mengoreksi kesalahan. Atau menyuburkan dan menyehatkan tanah yang belum ditanami, alih-alih menyemprot dengan pestisida untuk menghilangkan hama. Mendorong gaya hidup sehat, alih-alih mengobati penyakit dengan berbagai cara. Sekali lagi, meningkatkan yang sudah ada, bukan mengoreksi kesalahan.
Agar menjadi lebih jelas penulis akan mengutip tulisan dari Diana Whitney & Amanda Trosten tentang berpikir apresiatif sebagai berikut: berpikir apresiatif bukan berarti menafikan apa yang negatif. Bukan membutakan diri terhadap kelemahan. Bukan tidak mengakui kekurangan. Setiap orang pasti pernah salah. Setiap keluarga pasti punya aib. Setiap organisasi pasti pernah mengalami kegagalan. Maka, berpikir apresiatif adalah upaya menghargai apa yang ada pada diri kita, mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui. Melalui berpikir apresiasi, kita diajak untuk lebih fokus pada apa yang terbaik dari manusia dan sistem manusia, apa yang memberi nafas pada kehidupan.  Contoh, jika Anda adalah seorang mahasiswa yang belum memiliki IPK seperti yang dicita-citakan, maka tidak harus untuk selalu melihat dimana masalahnya, sebaliknya Anda perlu menghargai semangat Anda sendiri. Hargai bahwa sampai saat ini Anda masih punya semangat tinggi untuk mencapai IPK impian tersebut. Mencoba mengorek apa kesalalah yang telah dilakukan, seringkali justru membuka luka lama dan menurunkan motivasi. Sebaliknya, fokus pada apa yang telah dimiliki yaitu semangat, antusiasme, kemampuan memahami pelajaran, teman-teman yang mendukung, lingkungan belajar yang kondusif dan lain-lain, pada gilirannya justru akan menambah motivasi. Jadikan angka IPK yang sudah diraih sebagai gelas setengah isi, bukan setengah kosong. Sehingga kita akan termotivasi untuk mengisinya lebih lanjut, bukan malah mengorek-ngorek luka dan mencari sumber masalah mengapa gelas tersebut hampir kosong.
Berdasarkan uraian dimuka, kita dapat mengatakan bahwa pemilihan kata/kalimat/pertanyaaan, dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Ingat, pilihlah kata-kata yang menginspirasi. Hal ini perlu dilakukan, karena sebenarnya kita sudah sangat tau bahwa kata-kata mampu mengubah dunia kita. Hanya, yang belum dilakukan adalah, kita belum menjadikan kata-kata inspiratif sebagai ritual diri. Mengapa? Karena di lingkungan sekitar kita sudah terlalu banyak kata-kata negatif. Jadi, sudah saatnya bagi kita untuk serius dalam memiliih kata-kata, terutama jika dikaitkan dengan diri sendiri. 

Apabila kita coba menengok kedalam agama kita, bukankah Islam mengajarkan kita untuk berkata-kata dengan baik, atau kalau tidak lebih baik diam saja? Jadi, mari mulai memilih kata-kata yang membentuk dunia yang akan kita jalani sehari-hari. Ingat, kata-kata kita membentuk dunia. Dan satu hal lagi, ternyata dari empat belas abad yang lalu, Al Qur’an yang agung telah mengajarkan kita untuk berpikir apresiatif (yaitu selalu mencari hikmah dari kisah inspitatif).  Mengapa kita baru mengetahuinya sekarang? Mungkin selama ini Qur’an yang dimiliki hanya dijadikan hiasan dinding, jarang dibaca dan jarang dikaji. Ingat, bahwa terdapat banyak sekali kisah inspiratif dan penuh hikmah dalamnya. Artinya, wacana untuk berpikir apresiatif –dan tidak hanya berpikir positif- sudah ada sejak ratusan tahun. Lalu, kemana saja kita?
»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Berpikir Positif



Berpikir Positif
Ilustrasi Busway
Suatu pagi, Miun sudah siap berangkat ke tempat kerjanya. Karena tidak memiliki kendaraan, maka miun pun memilih moda transportasi yang ternyaman dan tercepan di Jakarta, yaitu Busway. Setelah membayar tiket masuk, ia pun duduk dengan manis di bangku Busway, sambil mengamati orang-orang di sekitarnya. Di sebelahnya, dudu dua orang wanita karir yang sedang bercakap-cakap
“mbak tau tidak, saya hari ini sedang sedih, kesal, marah dan kecewa” kata wanita yang satu.
“Memangnya ada apa?” jawab rekannya
“suami saya tidak mau membelikan saya hp yang terbaru...”
“Loh bukannya kamu sudah punya hp yang mahal?”
“iya sih, tapi bikan yang terbaru... kan saya malu menjadi orang yang tidak up to date di arisan..”
“ya ampun, kamu ini gak bersyukur banget sih... orang lain tuh buat makan sehari-hari aja udah repon. Sedangkan kamu ga beli hp terbaru sudah ribut kaya petasan. Padahal hp yang kamu punya juga masih tergolong baru...”
Malas mendengar lanjutannya, Miun kemudian mencoba mengalihkan indra pendengarannya ke pecakapan lain di busway tesebut, yaitu pada orang yang duduk di sebelah kirinya. Ia adalah seorang berusia 30 tahunan yang sedang melakukan pembicaraan dengan telepon selularnya.
“jack aku lagi kesal nih, tadi pagi bangun kesiangan. Jadi sekarang gue lagi was-was neh takut telat.”
Belum juga miun selesai mendengarkan lanjutan ceritanya, ia kembali mendengar berbagai percakapan orang lain di dalam bis itu. Karena penumpangnya semakin banyak, maka semakin banyak pula yang di dengar oleh Miun. Dan dengan sengaja, miun membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan percakapan-percakapan di sekelilingnya.
“waduh... jalanya macet lagi, aku pasti terlambat sampai ke kantor”
“wah,buswaynya jelek nih, nunggunya lama...”

Hal apakah  yang sering dilakukan oleh kita, manusia yang sok sibuk? Ya benar, mengeluh. Inilah hal yang tidak pernah lupa untuk dilakukan, inilah pernyataan yang tak pernah khilaf untuk diucapakan. Dari mulai bangun pagi misalnya, ketika kita terlambat bangun, kita langsung mengeluh. Ketika ingin mandi, tiba-tiba airnya mati, kita juga langsing mengeluh. Ketika koran terlambat datang, kita juga kembali mengeluh. Selanjutnya, kita berangkat ke kantor dan kembali mengeluh karena jalanan macet dan seterusnya. Pertanyaannya adalah mengapa kita muda mengeluh? Apakah mengeluh adalah suatu aktivitas yang menyenangkan sehingga setiap hari kita mau melakukannya? Kelihatannya memang seperti itu, sebab tapa terasa kegiatan mengeluh dapat melepaskan ketegangan dan pada gilirannya dapat mengurangi sters. Bahkan, mengeluh dapat mengurangi (bahkan menghilangkan) tangung jawab yang seharusnya kita pikul. Namun, rasanya semua orang juga setuju bahwa mengeluh libih banyak negatifnya dari pada positifnya dan mari kita tidak usah pemperpanjang lagi  mengenai masalah keluh mengeluh ini. Sebaliknya, mari kia mulai berpikir, darimana sumber keluhan itu beasal? Tepat sekali, dari pikiran kita. Pikiran kitalah sumber segala keluhan yang kita lontarnkan. Pikiran kitalah yang memprose informasi ataupun berbagai kejadian yang kita alami, untuk kemudian diolah menjadi keluhan atau pun justru menjadi semangat kita. Inilah yang membedakan kita dengan orang lain, yaitu bagaimana kita berpikir. Sebagai contoh, ketika sekelompok orang terjebak macet, isi pikirannya boleh jadi berbeda-beda. Ada yang mengeluh dan ada pula yang berpikir sebaliknya. Mengapa bisa berbeda-beda? Karena masing-masing orang mempunyai jalan pikirannya masing masing, sebagai respon dari situasi yang menimpanya. Artinya, kita sepakat bahwa kita bisa memilih pemikiran kita.
Ketika lampu mati, dari pada kita mengeluh dan menyalahkan perusahaan suplier listrik, bukankah lebih baik jika kita menyalakan lilin?

 



Kita bisa memilih pemikiran kita
Apabila kepada anda diberikan sebuah pena dan selembar kertas kosong, maka anda bisa memilih untuk menggambar binatang, benda, manusia, tumbuhan, dan apapun yang ada di pikiran anda saat itu. Demikian juga ketika anda dihadapkan pada seperangkat alat masak dan sekeranjang buah dan sayuran, anda bisa memilih untuk membuat masakan yang anda pikirkan saat itu. Hal ini menunjukan bahwa kita manusia memiliki kebebasan penuh untuk menentukan pikiran-pikiran kita. Ketika kita dapat menggambar apapun dalam sebuah kertas kosong, maka sebebas itulah kita dapat memilih pikiran-pikiran kita ketika kita bangun di pagi hari.
Mari kita telaah apa yang dapat terjadi pada orang-orang ketika bangun di pagi hari. Ada sebagian orang yang ketika bangu di pagi hari mengharapkan hari itu akan cerah, jalanan tidak macet, atasannya berbaik hati, klien-klienya tidak rewel, kolegan-kolegannya siap membantu pekerjaannya dan lain-lain. Golongan ini menyerahkan hidupnya pada daya-daya dari luar yang sulit untuk dipengaruhi. Parahnya, mereka hampir menghayati ini setiap hari. Sebagian orng-orang yang lain, memutuskan jenis hari seperti apa yang ingin mereka jalani setiap hari. Apakah hari yang menyenangkan, penuh tantangan, banyak antusias, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang berani menentukan pilihan. Mereka memilih untuk mengendalikan hari-harinya, tidak peduli apakah hari bersinar atau tertutup awan, jalanan macet atau lancar, atasan bersikap manis atau jahat, dan lain-lain. Mereka memilih untuk tidak akan membiarkan berbagai kejadian-kejadian di luar mempengaruhi mood, semangat, dan antusias mereka setiap hari. Bagaimana dengan anda?
Yunus timotheus dalam bukunya yang terkenal “seandainya semua orang berpikir positif” menyatakan bahwa berfikir positif akan menuntun anda untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, sekaligus akan mndorong untuk melakukan apa yang baik dan menjauihi apa yang buruk.”
Apakah mudah berfikir positif? Mudah tentu saja, sama dengan mudahnya kita berpikir negatif. Nah, jika kita sudah mengetahui ahwa keduanya mudah, maka kemudian tugas kita selanjutnya adalah lebih sering berfikir positif, karena toh hal tersebut (ternyata) sama mudahnya dengan berfikir secara negatif. Sekali lagi hanya itulah tugas kita, yaitu berusaha berpikir positif sesering mungkin. Mengapa demikian? Karena ketika kita sudah berusaha berfikir positif sesering mungkin pun, masih seringkali kecolongan berpikir negatif. Artinya, sudah saatnya kita selalu memaksa diri untuk berpikir positif, dari pada membiarkan diri kita berpikir secara negatif. Siap?

»»  READMORE...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS